
Fajar.co.id, Jakarta -- Istilah Universitas Pasar Pramuka (UPP) jadi trending topik beberapa waktu belakangan.
Itu setelah muncul pernyataan dari politisi senior PDI Perjuangan, Beathor Suryadi, terkait kasus dugaan ijazah palsu Jokowi.
Hal itu pun menuai respons publik terutama di media sosial. Sejumlah warganet menyampaikan jejak digital terkait pasar pramuka.
Diketahui bahwa lokasi itu memang pernah digerebek polisi saat mengungkap sindikat percetakan ijazah palsu.
Tepatnya pada awal Juni 2015, Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya kala itu, Kombes Krishna Murti, menangkap calo pembuatan ijazah palsu yang dilakukan tersangka Alex di Jl Salemba Raya, Pramuka, Jakarta Pusat.
Krishna Murti menyampaikan bahwa pelaku meraup banyak keuntungan. Calo menjual memasang tarif hingga puluhan juta rupiah kepada pembeli.
"Calonya menjual Rp10 juta ke konsumen, sementara tersangka AS mendapat Rp500 ribu per lembar ijazah," kata Khrisna Murti saat itu.
Krishna menjelaskan, tersangka bekerja sama dengan 3 orang calo atau perantara. Setelah mendapatkan konsumen, calo akan mengantarkan proyek tersebut ke Alex.
"Tersangka ini mencetak ijazah palsu dari hasil scanning ijazah yang disalin di tempatnya," katanya.
Hasil pemindaian itu kemudian dicetak oleh tersangka sehingga menyerupai aslinya. Namun, ada perbedaan mencolok dari ijazah palsu yang diprodukai tersangka dengan aslinya.
"Kalau ijazah asli yang cetak kan Peruri. Kalau ini dia menggunakan kertas biasa," terangnya melansir detik.com.
Untuk melengkapi 'keaslian' ijazah palsu tersebut, tersangka memasang stiker hologram pada ijazah beberapa universitas. Tersangka sudah menjalankan bisnia tersebut selama 1 tahun. Selama itu, dia sudah mencetak sekitar 500-an ijazah palsu dari sejumlah universitas terkemuka.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: