
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Kasus intimidasi terhadap Yogi Firmansyah, penulis opini yang mengkritisi penempatan jenderal aktif di jabatan sipil, kembali menyoroti rentannya kebebasan berekspresi di Indonesia.
Pegiat media sosial Jhon Sitorus mengungkap kronologi kejadian yang menimpa Yogi usai artikelnya tayang di kolom opini media Detik.
Dikatakan Jhon, Yogi mengalami dua peristiwa tak biasa dalam waktu berdekatan.
Yang pertama terjadi usai mengantar anaknya ke sekolah TK. Tiba-tiba, Yogi diserempet oleh orang tak dikenal yang mengenakan helm full face.
Tak lama setelah itu, saat hendak keluar rumah, ia dibuntuti oleh dua pria berboncengan, masing-masing memakai helm tertutup hingga akhirnya ditendang dan terjatuh dari motor.
Dalam kondisi tertekan dan trauma, Yogi mendatangi redaksi Detik untuk meminta artikelnya dihapus.
Namun, ia disarankan agar terlebih dahulu mengadukan kasus ini ke Dewan Pers.
"Yogi kemudian ke Dewan Pers dan menangis di sana karena sudah ketakutan. Yogi punya istri dan dua anak yang masih kecil," kata Jhon di X @jhonsitorus_19 (25/5/2025).
Atas rekomendasi Dewan Pers, artikel tersebut akhirnya diturunkan oleh pihak Detik dengan alasan keselamatan penulis.
Jhon pun tidak habis pikir bahwa mempertanyakan sistem merit dalam organisasi justru membuat nyawa terancam.
Ia menyebut hal ini sebagai pertanda bahwa sistem dalam organisasi tersebut mungkin sudah tak lagi menghargai kompetensi.
"Kalau karena mempertanyakan merit sistem dalam sebuah organisasi harus bertaruh nyawa, jangan-jangan di dalam organisasi itu memang sudah anti dengan merit sistem?" tegas Jhon.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: