Manusia 12 Jam

10 hours ago 3
Ilustrasi. (INT)

Oleh: Faiz Natawiguna Aji

Pagi ini, aku memakan daging kaleng. Rasanya begitu enak. Namun, yang paling enak bukanlah rasanya, tapi sensasi. Sensasi menyantap makanan dengan ‘cara manusia’. Kehidupanku akan seperti ini, terus-menerus, selalu merasa kemarin adalah hari yang berat. Aku menyesal, karena kemarin, keinginanku belum tercapai.

Aku tahu itu karena takdir, bukan kehendakku sendiri. Tapi hari ini, aku memutuskan untuk menggapainya dengan pergi ke puncak. Tempat terbaik untuk melakukan hal yang sedari kemarin aku impikan. Kali ini, aku pasti ditakdirkan untuk itu.

Saat semangat  memupuk, aku  mengambil rute utara. Aku melihat jalur ke puncak. Dari depan, jalur itu sepertinya aman untuk dilalui, tapi mungkin sedikit sulit. Semak belukar menutup segalanya, kecuali jalur itu. Namun tidak apa, aku akan terus berjalan demi hal yang sangat kuinginkan.

Di tengah jalan, aku melihat sepasang rusa. Aku mendekat, menyadari suatu hal yang aneh. Ternyata, mereka berbeda ras. Kemudian, aku mendekati pejantan itu dengan perlahan, takut dia kabur. Aku menyipitkan mata tuk lebih teliti menyaksikan corak pada pejantan itu.

“Corakmu berbeda dengan betinamu ... aku pernah melihat sejenismu di kebun binatang. Sebelum aku ...” Aku lupa. Sepertinya, aku teringat sesuatu. Tapi, ingatan itu langsung hilang.

Aku beralih menatap rusa betina itu. Aku menatapnya dengan heran. “Kau … ras apa? Aku bahkan tidak mengenalmu.”

Aku pun mengambil secarik kertas, menulis sesuatu di dalamnya, lalu kuletakkan kertas itu di tempatku berdiri. Meski tidak ada yang baca, aku suka meluapkan perasaanku di atas secarik kertas, karena tidak punya siapa-siapa untuk diajak bercerita.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:

Read Entire Article
Relationship |