
Oleh: Abdul Karim
Pernah ada konferensi besar bagi bangsa lidah. Konferensi itu dihadiri oleh seluruh lidah di negeri itu. Lidah orang besar, lidah orang kecil hadir dalam konfrensi besar itu. Lidah kaum miskin, lidah kaum kaya berjumpa dalam acara itu. Lidah orang hitam, lidah orang cokelat, dan lidah orang sawo matang hadir seketika bersama. Lidah tukang sapu sampah, lidah tukang pijat, lidah buruh bangunan dan lidah pegawai bertemu di sana.
Dalam buku daftar peserta konferensi, tertulis pula lidah pencuri, lidah perampok, lidah petani, lidah pejabat dan lidah pengusaha kaya hadir bersama. Ada juga lidah pelacur, lidah penjudi, lidah ustadz, lidah politisi, lidah dosen dan lidah aktivis duduk dikursi hadirin. Tak terkecuali lidah dukun dan lidah artis juga hadir di sana.
Uniknya lagi, sebab lidah kucing, lidah kambing, lidah lembu, lidah kerbau, lidah kuda, lidah anjing, lidah buaya, lidah ular hingga lidah binatang buas lainnya seperti lidah harimau, lidah macan dan sebagainya. Dari perwakilan lidah binatang, yang tak tampak disana hanyalah lidah semut dan lidah nyamuk.
Pokoknya, semua bangsa lidah di negeri itu hadir dalam konfrensi akbar yang memang konon digelar sekali dalam lima tahun. Namun dari sekian kali konfrensi, baru kali itu konfrensi disebut konferensi akbar. Sebab, lidah-lidah binatangpun hadir dalam kegiatan itu.
Lantas apa yang dibahas dalam konferensi akbar itu? Bila melihat spanduk jombo di belakang panggung besar itu dapat diterka apa yang dibahas di sana. “Konsolidasi Lidah untuk Penguasaan Bumi dengan Segala Isinya”, begitulah kalimat yang tertulis dibaliho besar itu.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: