
FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Toko buku semakin tidak laku bahkan bangkrut. Fenomena ini seperti yang terjadi di toko buku, kawasan Kwitang, Jakarta.
Pengamat Kebijakan Publik, Gigin Praginanto turut mengomentari fenomena tersebut. Dia menyoroti minat baca saat ini.
Menurutnya, orang Indonesia tak punya banyak waktu untuk membaca karena kemiskinan makin massal sehingga harus bekerja keras.
“Bukan cuma katenaninternet dan minat baca. Orang Indonesia tak punya banyak waktu untuk membaca karena kemiskinan makin massal sehingga harus bekerja keras untu sekadar makan hari ini,” kata Gigin dikutip akun X pribadinya, Senin, (2/6/2025).
Dilansir Kumparan, Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), Arys Hilman Nugraha, menyatakan industri penerbitan buku di Indonesia saat ini sedang berada dalam kondisi yang memprihatinkan.
Menurut Arys, disrupsi teknologi serta menurunnya minat baca masyarakat akibat pergeseran konsumsi ke media sosial dan platform video berdampak signifikan pada penurunan penjualan buku dan berkurangnya jumlah penerbit aktif.
“Ekosistemnya sedang sakit, tapi perhatian pemerintah masih sangat minim. Tindakannya kurang,” ujar Arys.
Dikutip Tempo, Presiden Direktur Big Bad Wolf, Uli Silalahi menilai bangkrutnya para toko buku tidak berhubungan dengan minat para pembaca Indonesia.
“Untuk meningkatkan minat baca, salah satunya kita mengusulkan untuk disarankan di sekolah-sekolah wajib membaca buku. Contohnya seperti di Singapura. Mereka itu masuk di kurikulum. Jadi kalau mau ujian, mereka harus lapor sudah baca buku berapa dan jelasin satu-satu. Nggak ditentukan buku apa,” kata Uli. (*)
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: