Ketenangan Batin Hamba Penuh Dosa di Padang Arafah

4 days ago 13
dr Wachyudi Muchsin SKed SH MKes C.Med

Penulis : dr Wachyudi Muchsin SKed SH MKes C.Med

DI PADANG Arafah, tak ada suara yang lebih nyaring dari bisikan hati. Langit terbuka, bumi bersaksi, dan ribuan jiwa tunduk dalam diam yang suci. Di tengah lautan putih manusia, seorang hamba duduk tertunduk, memikul beban dosa yang tak terbilang.

Angin padang menggugurkan debu, seolah menyapu jejak kelalaian yang tertinggal. Namun batin ini masih perih. Terlalu sering lupa, terlalu lama lalai. Kini, di hadapan Allah, tiada tempat untuk sembunyi. Yang tersisa hanya pengakuan… dan harapan.

Arafah bukan sekadar hamparan tanah—ia adalah cermin bagi hati. Di sinilah kesombongan luruh, topeng dunia runtuh, dan gengsi lenyap dalam ketulusan. Jiwa-jiwa menghadap langit, telanjang dari sandiwara dunia, menangis pelan dalam doa:

"Ya Allah… hamba-Mu datang dengan luka dan dosa, namun juga dengan rindu dan harap. Jangan pulangkan aku tanpa ampunan-Mu."

Dan ketika batin merintih, tubuh pun ikut tunduk. Dalam heningnya Arafah, bahkan saraf pun bertasbih. Detak jantung menyebut asma-Nya, getaran halus di ujung jemari memuji-Nya dalam diam. Seluruh sistem tubuh, dari denyut nadi hingga hembusan napas, seakan bersujud bersama ruh. Inilah momen ketika fisik dan jiwa sepakat dalam dzikir—memuja dalam satu bahasa yang tak terdengar, tapi sangat terasa.

Di momen itu pula, terjadi penyembuhan yang tak terlihat. Ketenangan Arafah menyejukkan luka jiwa. Dosa yang diakui dengan ikhlas menjadi jalan menuju kesehatan batin. Sebab batin yang menyimpan sesal dan beban akan perlahan-lahan lapuk. Tapi batin yang jujur dan pasrah, justru menemukan ruang untuk pulih—membuka pintu untuk rahmat, dan menutup celah bagi kegelisahan.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:

Read Entire Article
Relationship |