Fimela.com, Jakarta Dalam dunia percintaan modern, tak semua hubungan berakhir dengan kata perpisahan yang jelas. Ada kalanya seseorang tiba-tiba menghilang tanpa kabar, atau hanya memberi perhatian secukupnya agar tetap diingat. Sahabat Fimela mungkin pernah mendengar istilah ghosting dan breadcrumbing, dua perilaku yang makin sering terjadi di era digital ini. Sekilas terlihat biasa saja, tapi kenyataannya bisa meninggalkan luka emosional yang tidak kecil.
Lalu, apa perbedaan dari kedua istilah ini? Dilansir dari NABS (22/7), berikut perbedaan dan definisi dari masing-masing istilah tersebut:
Ghosting: Menghilang Tanpa Jejak
Ghosting merujuk pada tindakan mengakhiri komunikasi secara tiba-tiba tanpa penjelasan apa pun. Istilah ini menggambarkan seseorang yang tiba-tiba “menghilang” dari kehidupan orang lain layaknya hantu. Fenomena ini bisa terjadi di berbagai tahap hubungan, baik saat masa pendekatan maupun dalam hubungan yang sudah terjalin lama.
Secara psikologis, ghosting dapat menimbulkan tekanan emosional yang cukup dalam. Bagi pihak yang ditinggalkan, menghilangnya seseorang tanpa alasan sering memicu perasaan bingung, meragukan diri sendiri, hingga kecemasan. Tanpa penjelasan, seseorang bisa terjebak dalam pertanyaan-pertanyaan tanpa jawaban dan menyalahkan diri sendiri, bahkan merasa tidak layak untuk dihargai atau diajak bicara baik-baik.
Dari sudut pandang ilmu perilaku, ghosting mengganggu proses alami dalam menutup sebuah hubungan. Padahal, penutupan atau closure adalah hal penting bagi kesehatan psikologis karena memberikan rasa tuntas dan membantu seseorang melangkah maju. Tanpa itu, emosi bisa tetap menggantung dan menimbulkan dampak negatif terhadap hubungan selanjutnya maupun terhadap kepercayaan diri.
Breadcrumbing: Memberi Harapan Palsu
Berbeda dari ghosting yang benar-benar menghilang, breadcrumbing terjadi saat seseorang memberikan perhatian kecil secara berkala hanya untuk menjaga ketertarikan, tanpa niat membangun hubungan yang serius. Contohnya bisa berupa pesan singkat yang datang sesekali, menyukai unggahan media sosial, atau memberi komentar manis, namun tidak pernah berlanjut menjadi interaksi yang bermakna.
Secara psikologis, breadcrumbing dapat membuat seseorang terjebak dalam siklus harapan dan kekecewaan. Perhatian yang datang dan pergi tanpa kejelasan ini menciptakan kebingungan emosional, sehingga sahabat Fimela bisa merasa cemas dan tidak yakin dengan arah hubungan yang dijalani.
Lama-kelamaan, perilaku ini juga bisa memengaruhi cara seseorang melihat nilai dirinya sendiri. Seseorang mungkin mulai bertanya-tanya, “Apakah aku tidak cukup menarik?” atau “Apa yang salah denganku?” Hal ini dapat meruntuhkan kepercayaan diri dan menumbuhkan pola keterikatan yang tidak sehat di hubungan berikutnya.
Memahami Pola dan Menjaga Diri
Baik ghosting maupun breadcrumbing menunjukkan pola relasi yang tidak sehat, di mana satu pihak memilih untuk menghindari keterbukaan dan tanggung jawab emosional. Meski bentuknya berbeda, keduanya sama-sama meninggalkan dampak psikologis yang tidak bisa dianggap remeh. Ghosting menghilang tanpa jejak, sementara breadcrumbing hadir hanya untuk memberi harapan palsu. Dalam menghadapi dua pola ini, penting bagi sahabat Fimela untuk mengenali tanda-tandanya lebih awal dan tidak menyalahkan diri sendiri atas perlakuan yang tidak pantas. Kesadaran ini dapat menjadi langkah awal untuk membangun hubungan yang lebih sehat dan saling menghargai.
Menjaga hubungan tetap sehat bukan hanya soal komunikasi rutin, tapi juga soal kejujuran dan saling menghargai. Jika mulai terasa ada tanda-tanda ghosting atau breadcrumbing, penting bagi sahabat Fimela untuk menjaga jarak dan memikirkan kembali arah hubungan tersebut. Setiap orang layak mendapatkan kepastian dan perlakuan yang tulus, termasuk sahabat Fimela sendiri.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.