Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela yang baru saja mulai berkencan—atau yang sedang aktif banget di dunia kencan sekarang, pasti tahu rasanya ketika tiba-tiba diabaikan atau diblokir oleh pasangan. Dua hal ini sudah jadi bagian dari dinamika menjalin hubungan zaman sekarang, ya! Saking umumnya, kadang kita bahkan “mengantisipasi” kalau hubungan mulai renggang, akan berakhir dengan ghosting atau soft blocking. Dan setelah itu, banyak dari kita yang harus menelan pahitnya patah hati sendirian.
Sebagai bentuk pelarian dari rasa sakit itu, mungkin kamu akan memilih pergi ke pantai, menikmati semilir angin yang menerpa wajah, membaca buku favorit, mendengarkan lagu-lagu patah hati, atau podcast yang bisa menemani malam-malam penuh tanda tanya setelah ditinggal tanpa aba-aba. Karena, jujur saja, ya, bagaimana bisa hati ini tidak terganggu saat sedang cinta-cintanya, tiba-tiba pasangan pergi begitu saja tanpa sepatah kata pun, atau malah memblokirmu seolah tidak pernah ada di dalam hidupnya?
Bagi yang belum pernah mengalami, mungkin ini terdengar sangat berlebihan. Tapi buat yang pernah, tahu persis betapa menyakitkannya dua bentuk “menghilang” ini. Meski sama-sama pergi, sebenarnya ghosting dan soft blocking punya perbedaan yang signifikan.
Lalu, apa sebenarnya perbedaan di antara keduanya? Dan benarkah bisa memengaruhi kesehatan mental? Yuk, kita cari tahu sama-sama! Melansir dari The Splendid Path, berikut adalah penjelasan lengkapnya.
Ghosting: Si Tiba-tiba Menghilang Secara Misterius
Ghosting adalah tindakan tiba-tiba menghilang dari komunikasi tanpa penjelasan apa pun pada pasangan. Biasanya ini terjadi saat seseorang yang kamu kencani atau dekati tiba-tiba berhenti membalas pesan, menghindar, bahkan memblokirmu tanpa alasan jelas. Ciri khasnya? Ia akan mendadak diam, tidak memberi kejelasan, dan membuatmu bertanya-tanya sendirian. Ini sering terjadi di masa pendekatan atau awal hubungan, ya, saat salah satu pihak memilih menghindar daripada menghadapi percakapan tidak nyaman.
Tujuan ghosting biasanya untuk menghindari konfrontasi atau rasa bersalah dalam menyampaikan bahwa mereka ingin mengakhiri hubungan bersamamu karena alasan tidak nyaman, tidak sefrekuensi, dan kata lainnya yang mewakili rasa "tidak cocok". Akibatnya, orang yang ditinggalkan merasa bingung, tidak dihargai, dan bisa mengalami tekanan emosional karena tidak mendapat akhir hubungan yang layak. Meski tampak “praktis” bagi pelaku, ghosting bisa meninggalkan luka yang cukup dalam bagi korbannya. Jadi, jangan sampai kamu mengghosting atau jadi korban ya, karena itu snagat menyakitkan!
Soft Blocking: Si Penjaga Jarak yang Diam-diam Pergi
Soft blocking adalah cara yang dianggap lebih halus untuk menjaga jarak dari seseorang tanpa benar-benar memutus hubungan sepenuhnya. Ini bisa berupa tindakan membatasi interaksi di media sosial seperti unfollow IG, mute story, atau memblokir sementara nomormu lalu membukanya kembali. Secara teknis masih bisa berinteraksi, tapi intensitasnya jelas berkurang, canggung, lalu perlahan-lahan tidak ada lagi percakapan lanjutan.
Ciri khas soft blocking adalah tetap terlihat “baik-baik saja”, tapi secara perlahan menarik diri dari kita. Biasanya ini dilakukan sebagai sinyal tidak ingin terlalu dekat lagi, tanpa perlu penjelasan panjang lebar. Tujuannya lebih kepada menjaga batas atau memberi ruang pribadi, bukan sepenuhnya menghilang. Meskipun lebih “lembut” dari ghosting, soft blocking juga tetap bisa membuat bingung, terutama jika tidak disertai komunikasi yang jujur, ya!
5 Dampak Ghosting dan Soft Blocking terhadap Kesehatan Mental
Meski tampak sederhana, ghosting dan soft blocking bisa meninggalkan luka psikologis yang cukup dalam, lho, Sahabat Fimela! Jadi, jangan sampai mengabaikan permasalahan ini, ya! Tanpa penutupan yang jelas, banyak orang jadi terbebani secara emosional. Berikut ini beberapa dampak umum yang bisa dirasakan:
Ketika seseorang menghilang tanpa penjelasan, kita sering merasa menjadi orang yang tidak cukup baik, tidka diinginkan, bahkan menyalahkan diri sendiri. Pertanyaan seperti “Aku salah apa, ya?” akan terus menghantui, dan perlahan bisa mengikis rasa percaya diri dalam hubungan berikutnya.
2. Muncul Rasa Cemas Berlebihan
Tidak tahu alasan sebenarnya ditinggal bisa membuat pikiran terus-menerus menciptakan asumsi negatif yang perlahan-lahan bisa membunuhmu. Kita jadi gelisah setiap kali ada notifikasi masuk, atau malah terus menunggu pesan yang tak kunjung datang. Kecemasan ini bisa mengganggu keseharian dan menurunkan produktivitas.
3. Overthinking dan Susah Move On
Tanpa penjelasan atau penutupan, kita cenderung memutar ulang percakapan terakhir, mencari petunjuk, bahkan stalking media sosial mereka. Hal ini malah memperpanjang proses penyembuhan dan membuat kita semakin larut dalam kesedihan.
4. Menimbulkan Trauma dalam Hubungan
Luka akibat ghosting atau soft blocking bisa membuat kita takut membuka diri lagi. Bahkan saat sedang dekat dengan seseorang yang baru, bayangan ditinggal tanpa kabar bisa muncul dan merusak potensi hubungan yang sehat.
5. Gangguan Tidur dan Mood Swing
Tekanan emosional yang tidak terselesaikan dapat berdampak pada fisik. Sulit tidur, mimpi buruk, dan perubahan suasana hati secara drastis bisa terjadi, membuat hari-hari terasa berat dan penuh tekanan.
Sahabat Fimela, itulah perbedaan antara ghosting dan soft blocking serta dampaknya bagi kesehatan mental. Setelah mengetahuinya, semoga kamu bisa menghindarinya, ya. Jangan sampai kita jadi bagian dari luka seseorang hanya karena enggan menjelaskan dengan jujur!
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.