⁠Ciri-Ciri Kamu Terjebak dalam Toxic Relationship yang Sering Tak Disadari, Hubungan Tak Lagi Sehat

1 month ago 28

Fimela.com, Jakarta Interaksi antarpribadi seharusnya menjadi sumber kebahagiaan dan dukungan, tetapi sayangnya tidak semua hubungan berjalan dengan baik. Hubungan beracun, atau yang dikenal dengan istilah "toxic relationship", merupakan jenis interaksi yang secara terus-menerus memberikan dampak negatif terhadap kesehatan mental, emosional, bahkan fisik bagi individu yang terlibat.

Hubungan semacam ini biasanya ditandai oleh adanya ketidakseimbangan kekuatan, di mana perilaku merugikan sering kali muncul dari satu pihak yang mendominasi dan menekan pihak lainnya. Kondisi ini menciptakan lingkungan yang tidak sehat dan berpotensi merusak individu yang terlibat.

Ironisnya, banyak orang yang terjebak dalam hubungan ini sering kali tidak menyadari bahwa mereka berada dalam situasi yang berbahaya. Mereka bahkan bisa menganggap perlakuan yang diterima sebagai sesuatu yang wajar atau sebagai bentuk kasih sayang yang tulus.

Kurangnya pemahaman tentang batasan yang sehat dalam sebuah hubungan menjadi salah satu faktor utama mengapa seseorang tetap bertahan meskipun dalam kondisi yang merugikan. Oleh karena itu, mengenali tanda-tanda toxic relationship sangat penting untuk menjaga diri dan kesehatan mental.

Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam mengenai tanda-tanda terjebak toxic relationship yang sering kali tidak disadari, disertai dengan penjelasan ilmiah dari para ahli di bidang psikologi yang dapat memberikan wawasan lebih lanjut.

Selalu Dikontrol oleh Pasangan

Salah satu tanda paling mencolok dari hubungan yang beracun adalah adanya dominasi yang berlebihan dari satu pihak terhadap yang lain. Dalam situasi ini, pasangan bisa saja memaksakan kehendaknya dan membuat Anda merasa bersalah apabila tidak mengikuti keinginannya. Misalnya, mereka mungkin akan terus-menerus menanyakan keberadaan Anda atau menunjukkan kemarahan yang berlebihan jika pesan Anda tidak segera dibalas.

Menurut psikolog klinis Catalina Lawsin, tindakan semacam ini menunjukkan adanya ketidakseimbangan kekuatan dalam hubungan, di mana satu pihak menguasai dan mengabaikan kebutuhan pasangannya. Sementara itu, Lillian Glass, seorang ahli psikologi dan komunikasi, menjelaskan bahwa toxic relationship adalah hubungan di mana salah satu pihak berusaha untuk mengendalikan pihak lain secara berlebihan. Kontrol ini tidak hanya terbatas pada tindakan fisik, tetapi juga meliputi aspek emosional dan psikologis yang dapat merusak kesehatan mental pasangan.

Sulit Menjadi Diri Sendiri

Apabila Anda terus-menerus berada dalam pengaruh pasangan, maka secara bertahap, identitas diri Anda akan semakin memudar. Anda mungkin merasa terpaksa untuk selalu berperilaku sesuai dengan harapan pasangan, bukan berdasarkan keinginan atau prinsip pribadi Anda. Bahkan, Anda akan berpikir berulang kali sebelum mengemukakan pendapat karena takut bahwa apa yang Anda sampaikan akan dianggap salah oleh pasangan. Hubungan yang tidak sehat dapat mengakibatkan seseorang kehilangan jati diri, merasakan tekanan, dan mengalami stres yang berkepanjangan.

Kondisi ini sering kali membuat individu mengabaikan kebutuhan mereka sendiri. Mereka mungkin mengorbankan kebiasaan merawat diri yang biasanya dilakukan, seperti hobi, interaksi sosial, atau bahkan menjaga kesehatan fisik demi untuk menyenangkan pasangan. Kehilangan jati diri dalam sebuah hubungan adalah sinyal bahaya yang serius. Ini menandakan bahwa hubungan tersebut tidak mendukung perkembangan pribadi, melainkan justru menghambat dan membatasi potensi individu.

Tidak Mendapat Dukungan dan Sering Dikritik

Dalam hubungan yang beracun, setiap keberhasilan atau pencapaian Anda sering kali dipandang sebagai kompetisi, bukan sebagai momen yang layak untuk dirayakan. Pasangan Anda mungkin merasa tidak senang ketika Anda mencapai sesuatu yang seharusnya membuat mereka bangga.

Alih-alih memberikan dukungan, Anda malah mendapatkan kritik tajam dan kata-kata yang merendahkan. Sebuah hubungan yang sehat seharusnya berlandaskan pada keinginan bersama untuk melihat satu sama lain berhasil dalam berbagai aspek kehidupan. Kurangnya dukungan dan pemahaman satu sama lain menjadi ciri khas dari hubungan toksik, sebagaimana dinyatakan oleh Lillian Glass. Kritik yang tidak henti-hentinya dan tidak membangun dapat merusak rasa percaya diri dan motivasi seseorang.

Psikolog Nurul Kusuma Hidayati menjelaskan bahwa hubungan beracun ditandai dengan minimnya dukungan dan munculnya rasa persaingan. Situasi ini menciptakan suasana yang tidak aman secara emosional, sehingga individu merasa selalu dihakimi dan tidak dihargai. Dalam konteks ini, penting untuk menyadari bahwa hubungan yang positif seharusnya mendukung pertumbuhan dan perkembangan masing-masing individu.

Komunikasi yang Tidak Sehat

Dalam hubungan yang tidak sehat, komunikasi sering kali dipenuhi oleh sarkasme, kritik tajam, dan penghinaan, alih-alih saling menghargai. Salah satu ciri yang mudah dikenali adalah praktik mendiamkan pasangan saat marah, yang dikenal sebagai silent treatment. Tindakan ini merupakan bentuk manipulasi emosional yang bertujuan untuk menghukum atau mengontrol pasangan. Kurangnya komunikasi yang konstruktif menjadi salah satu penyebab utama yang membuat hubungan menjadi beracun.

Sering kali, kekerasan emosional seperti membentak, menghina, atau merendahkan harga diri muncul dalam pola komunikasi yang buruk ini. Akibatnya, terciptalah lingkungan di mana salah satu pihak merasa tidak aman untuk menyampaikan pikiran atau perasaannya. Pola komunikasi yang demikian tidak memungkinkan adanya penyelesaian masalah secara konstruktif. Sebaliknya, hal ini justru memperburuk konflik dan memperdalam luka emosional, sehingga membuat hubungan semakin tidak sehat dan penuh ketegangan.

Cemburu yang Berlebihan dan Posesif

Perasaan cemburu yang berlebihan atau tanpa alasan yang jelas merupakan indikasi lain dari hubungan yang beracun. Kecemburuan semacam ini sering kali disertai dengan tindakan posesif, seperti membatasi kebebasan, menyita ponsel, atau bahkan menghadapi orang yang dicemburui secara langsung.

Tindakan-tindakan tersebut sering kali dijadikan alasan untuk menghalangi interaksi Anda dengan orang lain, termasuk teman-teman dan keluarga. Kecemburuan yang berlebihan ini menjadi salah satu tanda umum dari hubungan toksik, yang dapat berkembang menjadi bentuk kontrol yang lebih mendalam.

Perilaku posesif berusaha untuk selalu mengetahui setiap detail dari aktivitas pasangan dan mengatur semua yang dilakukannya. Akibatnya, salah satu pihak merasa kehilangan kebebasan dan ruang pribadi yang seharusnya dimiliki dalam sebuah hubungan.

Pembatasan dalam interaksi sosial ini bertujuan untuk mengisolasi korban dari jaringan dukungan yang mereka miliki. Hal ini menyebabkan korban semakin bergantung pada pasangan, sehingga semakin sulit untuk melepaskan diri dari hubungan yang merugikan tersebut.

Sering Dibohongi atau Tidak Jujur

Dalam sebuah hubungan yang beracun, pasangan sering kali menyembunyikan banyak hal dan berbohong kepada Anda. Ketidakjujuran ini bisa berkisar dari hal-hal kecil hingga isu-isu besar yang sangat mendasar bagi kelangsungan hubungan. Ironisnya, Anda mungkin merasa terpaksa untuk tidak jujur juga, karena takut akan kemarahan pasangan atau ingin menghindari konflik yang tidak perlu. Kejujuran menjadi salah satu fondasi penting dalam hubungan yang sehat dan saling percaya.

Ketidakjujuran yang terus menerus menunjukkan bahwa hubungan tersebut tidak dibangun atas dasar integritas dan transparansi. Hal ini dapat merusak kepercayaan dan menciptakan keraguan yang tak kunjung reda. Lingkungan yang dipenuhi dengan kebohongan dan ketidakjujuran akan membuat Anda merasa tidak aman dan tidak dihargai. Akibatnya, hal ini menghambat perkembangan hubungan yang tulus dan sehat, serta menciptakan siklus ketidakpercayaan yang sulit untuk diputus.

Mengabaikan Kebutuhan Pribadi dan Merasa Bersalah

Salah satu konsekuensi paling merugikan dari hubungan yang beracun adalah ketika seseorang mulai mengesampingkan kebutuhan pribadi demi kepentingan pasangan. Sering kali, Anda akan melakukan apa pun yang diinginkan oleh pasangan, meskipun itu bertentangan dengan keinginan atau kenyamanan pribadi Anda. Selain itu, perasaan bersalah yang muncul atas hal-hal yang sebenarnya bukan merupakan kesalahan Anda sering kali disebabkan oleh manipulasi emosional dari pasangan. Menurut psikolog klinis Catalina Lawsin, mengabaikan kebutuhan diri sendiri demi pasangan adalah gejala hubungan toksik yang mengindikasikan ketidakseimbangan kekuatan. Dalam situasi seperti ini, korban hubungan beracun sering kali kehilangan rasa percaya diri, kebahagiaan, dan kebebasan yang seharusnya mereka miliki.

Banyak individu yang terjebak dalam pola pikir yang menyalahkan diri sendiri atas berbagai masalah yang muncul dalam hubungan, meskipun sebenarnya masalah tersebut merupakan akibat dari tindakan pasangan. Keadaan ini membuat mereka merasa terperangkap dan tidak memiliki kendali atas hidup mereka. Akibatnya, mereka kehilangan kemampuan untuk memprioritaskan diri sendiri, yang pada akhirnya dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik mereka secara keseluruhan. 

Kekerasan dalam Hubungan

Hubungan yang beracun dapat mengambil berbagai bentuk kekerasan yang tidak hanya terbatas pada kekerasan fisik. Bentuk kekerasan ini mencakup kekerasan verbal, seperti cacian, makian, kata-kata tidak sopan"serta kekerasan psikologis yang dapat menyebabkan tekanan mental, rasa rendah diri, atau bahkan depresi. Selain itu, ada juga kekerasan ekonomi yang melibatkan kontrol terhadap keuangan atau pelarangan untuk bekerja. Semua bentuk kekerasan ini merupakan pelecehan yang sangat merugikan martabat dan kesejahteraan individu.

Menurut Lee (2018), hubungan toksik dapat dikenali melalui adanya kekerasan dari salah satu pasangan. Meskipun sering kali kekerasan ini tidak terlihat secara fisik, dampak yang ditimbulkannya bisa sangat besar. Korban dapat merasakan putus asa dan kehilangan rasa emansipasi akibat perlakuan tersebut. Dalam situasi yang lebih parah, hubungan yang beracun dapat berujung pada kekerasan psikologis dan bahkan fisik, yang berpotensi mengakibatkan konsekuensi yang tragis. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengenali tanda-tanda adanya kekerasan dalam hubungan dan mencari bantuan profesional jika Anda atau orang terdekat Anda berada dalam situasi ini.

Dampak pada Kesehatan Mental

Menjalani hubungan yang beracun secara terus-menerus dapat berdampak serius pada kesehatan mental seseorang. Anda mungkin sering merasakan kecemasan, tekanan, dan bahkan depresi. Penurunan rasa percaya diri serta perasaan terjebak menjadi hal yang biasa terjadi. Anda juga mungkin merasa seolah 'berjalan di atas kulit telur' akibat konflik yang sering kali meledak dan tidak terduga. Dampak dari hubungan yang beracun ini bisa bertahan lama, memengaruhi kesehatan mental dan fisik secara signifikan.

Penelitian mengungkapkan bahwa hubungan toksik dapat memicu gangguan kecemasan, depresi, dan penurunan harga diri yang cukup parah. Stres yang berkepanjangan juga dapat menyebabkan gangguan tidur dan melemahnya sistem imun. Oleh karena itu, kesehatan mental yang terganggu akibat hubungan beracun memerlukan perhatian yang serius. Mencari dukungan dari profesional kesehatan mental atau orang-orang terdekat sangatlah penting untuk memulai proses pemulihan dan membangun kembali kesejahteraan diri Anda.

Mengisolasi Diri dari Lingkungan Sosial

Salah satu strategi manipulatif yang sering ditemukan dalam hubungan yang toksik adalah ketika pasangan Anda berusaha membatasi jaringan pertemanan. Hal ini dapat menyebabkan Anda merasa terasing dan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi serta beradaptasi dengan teman-teman yang telah lama Anda kenal. Seiring berjalannya waktu, Anda mungkin mulai merasakan jarak dengan keluarga dan sahabat, karena pasangan Anda menciptakan berbagai hambatan untuk berinteraksi secara sosial. Pembatasan terhadap aktivitas sosial ini sering kali merupakan bentuk pelecehan emosional yang tidak disadari oleh mereka yang menjadi korban.

Taktik ini dirancang untuk membuat individu semakin bergantung pada pasangan, sehingga kehilangan dukungan dari orang-orang di luar hubungan tersebut. Akibatnya, perkembangan jati diri individu dapat terhambat, dan mereka menjadi terbiasa dengan pola buruk yang berdampak negatif pada kesejahteraan diri mereka. Isolasi sosial yang dialami dapat membuat Anda merasa kesepian dan tidak memiliki tempat untuk berbagi atau mencari bantuan.  Ini adalah tanda bahaya besar yang menunjukkan bahwa hubungan tersebut tidak sehat dan merugikan, sehingga penting untuk menyadari tanda-tanda ini dan mengambil langkah yang diperlukan untuk melindungi diri sendiri.

Hanya Satu Pihak yang Berusaha

Dalam suatu hubungan yang tidak sehat, sering kali hanya satu individu yang berjuang keras untuk mempertahankan keutuhan hubungan tersebut. Anda mungkin terus-menerus berusaha menyelesaikan masalah, berkompromi, dan memberikan yang terbaik, tetapi pasangan Anda tampak acuh tak acuh atau tidak menunjukkan usaha yang sebanding. Hal ini menciptakan ketidakseimbangan yang dapat melelahkan secara emosional. Hubungan yang sehat seharusnya memerlukan komitmen dan usaha dari kedua belah pihak, bukan hanya dari satu pihak saja. Jika hanya satu orang yang terus menerus berjuang dan berkorban, ini merupakan indikasi adanya masalah yang tidak sehat.

Kondisi ini mencerminkan adanya ketidaksetaraan dalam hal investasi emosional dan komitmen terhadap hubungan. Kesadaran mengenai ciri-ciri hubungan yang toksik ini sangat penting untuk menjaga kesehatan mental dan fisik Anda. Jika Anda menemukan diri Anda dalam situasi ini, penting untuk segera mengambil keputusan yang tepat demi kesejahteraan diri Anda. Mengabaikan tanda-tanda tersebut dapat berakibat fatal bagi kesehatan emosional Anda. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengevaluasi kembali dinamika hubungan Anda dan memastikan bahwa kedua belah pihak berkontribusi secara seimbang.

Kehilangan Diri Sendiri

Dalam toxic relationship, kamu bisa merasa seperti bukan dirimu lagi. Kamu berhenti melakukan hal-hal yang dulu kamu sukai, menjauh dari teman atau keluarga, dan mengubah kepribadian hanya untuk menyenangkan pasangan. Ini adalah bentuk penyesuaian diri yang tidak sehat.

Pasangan toxic biasanya ingin mengendalikan kehidupanmu sepenuhnya, termasuk siapa temanmu, bagaimana kamu berpakaian, hingga apa yang kamu pikirkan. Jika kamu merasa kehilangan arah, kehilangan semangat, atau kehilangan jati diri sejak berada dalam hubungan itu, sudah waktunya untuk evaluasi serius.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Miranti
Read Entire Article
Relationship |